Kamis, 06 Desember 2007

Krisis Global , Krisis Kita Juga (???)

Naiknya harga minyak dunia yang menembus level hingga $93 per barel telah membuat rekor baru dalam perdagangan minyak dunia. Kenaikan ini seperti ”memukul” pertumbuhan ekonomi secara global. Karena sebagian besar negara di dunia, terutama negara negara berkembang, masih mengandalkan minyak sebagai sumber energi utama.
Oleh sebab itu, negara negara net konsumen minyak dunia , termasuk Indonesia, harus siap - siap menghabiskan dana yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak di negaranya, baik dari sektor Industri maupun rumah tangga dan tak dapat di sangkal kondisi ini akan sedikit banyak menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia .

Penyebab Kenaikan Harga Minyak Dunia

Meroketnya harga minyak dunia pada beberapa tahun terakhir sulit di deteksi apa penyebabnya, karena jika dilihat dari sisi tingkat produksi minyak negara negara produsen cenderung stabil. Jika ada perubahan (peningkatan atau penurunan) pun juga tidak terlalu signifikan.
Beberapa ekonom baik dalam maupun luar negeri berpendapat bahwa kenaikan ini disebabkan oleh ekspetasi pelaku pasar yang mengangap minyak akan menjadi barang yang sangat langka dan berharga tinggi di masa depan. Ekspetasi tersebut didukung oleh fakta yang ada. Di mana kondisi geopolitik timur tengah terutama kedua negara produsen yaitu Iran dan Irak sedang dalam kondisi yang bermasalah dengan Amerika Serikat.
Sebagaimana kita tahu Amerika Serikat yang merupakan salah satu Dewan Keamanan Tetap PBB, sedang dalam kondisi perang dingin dengan Iran akibat isu nuklir. Isu yang sama saat AS menginvasi Irak.
Irak dan Iran adalah negara negara produsen minyak dunia terbesar setelah Arab Saudi dan Kuwait, dengan terganggunya kondisi geopolitik kedua negara tersebut tentu saja mempengaruhi tingkat produktifitas minyak dalam negara negara tersebut , terutama Irak, serta membuat terjadinya ekspetasi pelaku pasar yang cenderung paranoid atau mungkin justru memanfaatkan kondisi ini.

Pengaruhnya Terhadap Indonesia


Tahun 1970 hingga 1980 Indonesia merupakan salah satu eksportir minyak dunia. Saat itu kenaikan harga minyak (windfall), sudah tentu membuat pemerintah tersenyum lebar karena pundi pundi yang masuk ke kas negara akan lebih banyak. Sehingga APBN saat itu pun terselamatkan.
Sekarang Indonesia merupakan salah satu negara konsumen minyak dunia. Dimana minyak merupakan satu satunya sumber energi bagi kegiatan industri maupun rumah tangga. Sehingga saat apa yang disebut windfall terjadi Indonesia tidak dapat serta merta mengurangi kebutuhan minyak dalam negeri untuk menyesuaikannya dengan APBN.
Kondisi ini seperti sisi mata uang bagi Indonesia, di satu sisi penerimaan devisa Indonesia dari ekspor minyak mentah akan meningkat namun di sisi lain kenaikan ini akan menyebabkan membengkaknya subsidi dari pemerintah terhadap penggunaan minyak dalam negeri.
Saat ini sebagian besar subsidi terhadap bahan bakar seperti bensin dan solar telah di hapuskan, hanya minyak tanah yang masih di subsidi penuh oleh pemerintah. Oleh sebab itu dapat di katakan defisit anggaran Indonesia akan tetap atau relatif stabil.
Tapi tetap saja kenaikan harga minyak dunia akan berpengaruh langsung kepada Indonesia terutama pada sektor industri dalam negeri. Karena sebagian besar proses produksi industri masih menggunakan BBM sebagai sumber energi.
Dengan kondisi yang seperti itu akan menyebabkan membengkaknya biaya produksi dan membuat industri harus menaikan harga jual produk untuk menutup biaya produksi dan jika industri melakukan hal tersebut, daya beli masyarakat terhadap produk akan menurun. Turunnya daya beli masyarakat dapat menyebabkan perekonomian domestik melesu.
Tidak hanya sampai disitu, efek ekstrem dari menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk adalah industri harus melakukan efesiensi biaya produksi, salah satunya dengan mengurangi tenaga kerja yang tentu saja akan menambah deretan pengangguran di negeri ini.
Tak hanya dunia industri, kenaikan harga minyak dunia diperkirakan dapat mempengaruhi minat investasi di Indonesia selama semester kedua tahun depan (2008).
"Mungkin tidak akan mempengaruhi pada semester pertama tahun depan. Tapi kalau harga naik terus, investasi 2008 akan terpengaruh," kata Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) M. Lutfi di Jakarta, akhir pekan ini.
Sementara itu, sikap optimis di tunjukkan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu. Menurutnya kenaikan harga minyak dunia akan lebih berimbas pada negara maju. Karena menurutnya lagi, kondisi Asia masih mendukung untuk melakukan investasi.

Solusi

Melihat kondisi fluktuasi (perubahan) minyak dunia, baik dari sisi harga maupun tingkat produksi yang tidak menentu, Pemerintah RI harus sesegera mungkin mencari solusi dalam mengantisipasi kondisi ini. Karena jika tidak, kemungkinan beberapa tahun ke depan harga BBM di dalam negeri akan semakin melangit akibat kelangkaan minyak ataupun tingginya harga minyak dunia
Beberapa pemerhati ekonomi baik dari kalangan profesional maupun mahasiswa (termasuk penulis) dalam beberapa forum diskusi telah memberikan saran saran sebagai alternatif solusi dari masalah ini.
Pertama, pemerintah harus berupaya menemukan sumber energi baru yang terdapat di alam untuk di jadikan pengganti minyak bumi yang semakin menipis persediaannya. Langkah ini sudah dilakukan pemerintah, antara lain dengan mensosialisasikan penggunaan gas sebagai pengganti minyak tanah yang merupakan BBM rumah tangga. Serta mengembangkan pembangkit listrik baik tenaga uap (PLTU), tenaga air (PLTA) hingga tenaga nuklir (PLTN) sebagai pengganti pembangkit listrik yang masih menggunakan BBM.
Kedua, pemerintah sebagai empunya kebijakan harus dapat membuat kebijakan yang “pandai” dalam menentukan harga BBM bagi industri dan masyarakat. Jangan sampai pemerintah mengeluarkan kebijakan yang semakin membuat terjadinya jurang perbedaan antara harga BBM untuk industri dan untuk masyarakat. Karena jika hal itu terjadi, akan berpotensi menimbulkan penyelundupan BBM oleh industri untuk dapat menghemat biaya produksi.
Ketiga, pemerintah harus dapat mendorong pertumbuhan industri – industri terutama industri yang menghasilkan produk yang harga jualnya di pasar internasional juga naik saat harga minyak dunia naik. Seperti industri pertambangan, industri karet dan industri CPO. Sebab dengan begitu Indonesia dapat mengimbangi pemasukan dan pengeluaran negara.
Sekarang kita tunggu saja bagaimana kinerja pemerintah dalam mengambil kebijakan – kebijakan untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga minyak dunia saat ini. Karena tak bisa di pungkiri di era globlisasi ini, krisis global adalah krisis kita juga.


Daftar Pustaka

www.google.com
www.antara.com
www.vibiznews.com
www.bisnis-indonesia.com
mok-mok.blogspot.com
id.wikipedia.com
www.sate-forum.com